moon

The Moon

Jun 3, 2012

Badai Pasti Berlalu

Pernah ga sih ngerasa kalau hidup kamu kacau balau. Bukan maksud hati ga bersyukur, tapi memang ada kalanya manusia merasa down dan putus asa ya kan? Kayak berdiri di roda yang berputar, ada kalanya kamu di atas, ada saatnya kamu di bawah. Sekarang ini posisi saya kayak lagi di bawah. Tiba-tiba aja semuanya menerjang seperti badai yang ga ada habis-habisnya. Rumah, keluarga, kerjaan, kuliah sampai relationship menyerbu saya habis-habisan. Sebenarnya obatnya gampang. Obat itu ada di dalam diri sendiri, tapi butuh energi murni (taelah "murni") untuk memunculkannya dan rasanya beraaat sekali. Always want to gubrak all the time.
Yang paling membuat saya down adalah kecewa. Apa sih definisi kecewa? Mengharapkan sesuatu yang ternyata ga terjadi. Sedikit mengutip dari buku Hunger Games (dengan perubahan kata ganti orang ke tiga) "...tapi aku mengambil langkah mundur dari semua orang, membangun dinding untuk melindungi diriku agar tidak membutuhkan siapa pun, dan keadaan tidak pernah sama lagi." Mungkin itu yang sedang saya lakukan. Semakin dalam kecewa yang saya rasa, semakin tinggi dinding yang saya bangun. Saya ingat pertama kali kerja di gudang, saya perempuan sendiri dan orang-orang di sekitar saya seperti memusuhi saya dan ga mau mengulurkan tangannya untuk membantu saya. Kamu bayangkan saya harus mengepak, mengangkat engine yang lumayan berat untuk perempuan kayak saya. Sekali saya minta bantuan tidak di tanggapi, saya kerjakan sendiri sampai saya terbiasa untuk ga membutuhkan bantuan siapa pun. Semua kerjaan yang berhubungan dengan sparepart saya handle sendiri. Sekarang saya sudah ga di gudang lagi. Saya pindah ke kantor utama di posisi inventor control sekaligus sales sparepart. Masalah ga berhenti. Orang yang menggantikan saya bener-bener keder. Saya paham kondisinya. Tapi orang-orang keep blame him, ga mau ngerti kondisinya kayak apa. Dia kerja sendirian. Handle ribuan sparepart dan kamu terus ngomelin dia ini itu harus gini gitu tapi ga mau ngebantuin apa-apa. Itu sangat nyebelin. Mungkin kamu harus ngerasain posisi dia, baru kamu tau rasanya. Sampai urusan cinta. ah, cinta. Pernah saya janji untuk ngebahas perbedaan cinta dan kagum? Kalau kagum, kamu hanya sampai sebatas suka, dan ga ada keinginan apa-apa. Cuma suka. Tapi kalau cinta, kamu bukan hanya suka tapi kamu rela melakukan apa saja untuk dia yang penting dia bahagia. Kamu ingin dia selalu bahagia, no matter what. Itu sih definisi saya. Kamu cinta sama saya? Mudah sekali bilang, saya cinta kamu, saya sayang kamu. Tapi kalau cuma omongan doang alias tong kosong ya buat apa. Saya takut ga bisa mempertanggung jawabkan omongan saya. Saya belajar dari pengalaman orang-orang yang gampang banget bilang "i love u" sama saya yang ternyata cuma bikin saya terpuruk. Kecewa. Saya ngomong apa sih? *ngemplang kepala. Semalam saya ketemu chat sama Runia, teman satu kampus, satu jurusan, satu angkatan. Ceritanya kita lagi ngurusin transkip nilai untuk tau pastinya berapa SKS yang udah di ambil. Biasanya setiap minggu kita ke kampus, tapi berhubung hari ini dia ada acara, jadi kemarin dia duluan ke kampus dan semalam dia menyampaikan kabar yang lagi-lagi bikin saya kecewa. Tugas akhir sudah di depan mata. Target saya tahun ini lulus. Tapi hasil transkip revisi hanya 127 SKS. Sementara sks yang sudah di ambil sekitar 138-an. Akademik bilang, kalau di antara 138 SKS itu ada yang masuk ke mata kuliah pilihan. Jadi, selama ini apa? Ngirit-ngirit ngambil SKS, ga boleh lebih, ga boleh kurang. Katanya supaya pas 4 tahun. Awal semester 8 kemarin sempet di suruh ambil 2 mata kuliah lagi, tapi ternyata di semester ini ga dibuka, jadi harus bayar 400 ribu lagi untuk 1 mata kuliah. Ini udah minggu ke empat di semester 8, tapi urusan nilai dan sks juga mata kuliah ga ada yang beres. See? Always want to gubrak all the time. Dari pagi ini lagunya Chrisye terus menemani saya. Matahari.

Musim berlalu, resah menanti
Matahari pagi bersinar gelisah
Semua bukan milikku, musim itu tlah berlalu
Matahari segera berganti
Dimana kau timbun daun yang layu?
Makin gelisah aku menanti matahari
Dalam rimba kabut pagi
Sampai kapan kah aku harus menanti
Awan yang hitam tenggelam dalam dekapan
Daun yang layu berguguran di pangkuan
Kapan badai pasti berlalu
Resah aku menunggu
Kapan badai pasti berlalu
Badai pasti berlalu.
Saya paling susah curhat langsung dengan kata-kata. Kebanyakan orang-orang yang saya curhatin malah gantian curhat masalah mereka. Susah nyari pendengar yang baik. Tulisan ga perlu di dengar. Dan kebanyakan orang juga males baca, jadi yang penting saya dah puas ngeluarin uneg-uneg saya. Ngomong apa sih saya *ngemplang kepala lagi.

No comments:

Post a Comment