Nov 11, 2012
"You have to take off Your Veil"
Saya sudah ada niat ingin resign dari tempat saya bekerja sekarang. Kebetulan di dekat rumah saya akan dibuka sebuah lembaga pendidikan yang saat itu saya belum tahu namanya. Yang dibutuhkan adalah administration staff dan english teacher. Saya belum begitu percaya diri menjadi seorang guru bahasa inggris secara ngajarin keponakan saya aja ga sabaran nya luar biasa. hee.. Akhirnya melamarlah saya sebagai administration staff. Hari kamis saya kirim lamaran via fax, hari sabtu di telepon diminta datang hari senin pagi
. Di situ saya baru tau nama lembaga pendidikan itu. Ga usah disebutlah namanya yah. Senangnya dapat telepon itu. Thanks God, syukur Alhamdulillaahh. Sempat saya searching di google tentang lembaga itu, tapi infonya ga cukup memuaskan. Ya sudah, saya coba saja dulu datang. Kalau ternyata ga sreg ya sudah, cari yang lain.
Datanglah saya hari senin pagi, setelah terlebih dulu ijin dateng siang ke kantor. Pagi-pagi jam 6 saya berangkat (interview jam 9). Secara saya tau daerah yang saya lewati itu macetnya luar biasa. Saya tiba jam setengah 9 dan jam setengah 10 baru dipersilakan untuk mengisi form wawancara. Ada cerita dibalik tibanya saya di sana. Ketika saya sampai, tempatnya masih sepi. Hanya ada beberapa office girl dan security, juga mas mas penjaga kantin. Kucuk kucuk saya menghampiri si mas mas itu. "Mas, numpang nanya. Kantornya sebelah mana?" "Keperluan apa ya Mbak?" "Saya diminta datang untuk interview, mas" "Oh, silakan duduk dulu disitu, nanti dipanggil" "Ok, makasih". Duduklah saya di bangku yang berjejer ga jauh dari situ. Tek, di depan saya ada sebuah gedung yang pintunya terbuka dan di dindingnya saya lihat "palang". Salib. Nah. Perasaan saya langsung tuing tuing. Tuing tuing yang tuing tuing. Saya langsung sms adik saya. "Bersalib cin. Serem" Adik saya mbales, "Jeuhh, sama aja dong" Mungkin maksudnya bosnya yang sama. Dah ada rasa pengen kabur aja dari situ. Tapi saya pikir lagi, dicoba aja dulu. Kalo ga dicoba kan ga tau. Akhirnya saya duduk disitu, ngobrol-ngobrol sama office girl yang juga ada disitu. Dari situ saya tau kalo yang akan ngewawancara saya nanti adalah si pemilik langsung. Beliau chinese dan non muslim. (si mbak itu pake nunjuk-nunjuk salib di depannya). Kucuk-kucuk dateng lagi satu cewek yang ternyata juga mau interview. Dia ngelamar posisi teacher. Satu lagi tambah temen ngobrol saya. Dari situ saya tau kalau bos ini lulusan sekolah di Amerika (wow). Kebeteluan cewek ini pernah interview juga, tapi di tolak karena dia ngelamar jadi guru matematika, sementara yang dibutuhkan guru bahasa inggris. Tapi sekarang dia dipanggil lagi. Makanya dia bisa menilai si bos ini. Dia bilang, orangnya ga kaku, asik dan flexible. Nah, perasaan saya menjadi lebih baik berkat info dari si mbak ini.
Jam setengah 10 dipanggil, isi form wawancara, 5 menit kemudian di panggil ke ruangan bos. I saw him, finnaly. Saya diwawancara pake bahasa inggris, berhubung posisi yang saya lamar mengharuskan bisa bahasa inggris. Awalnya di tanya kenapa mau pindah, saya jawab bla bla bla. Lalu beliau menjelaskan tentang kebebasan suku, kebebasan beragama di lingkungan pendidikan itu, bahwa sama sekali ga ada diskriminasi apa pun disitu (well, perasaan saya semakin lebih baik). Saya appreciate banget, "Thank you, sir. Thank you very much". Dia terus menjelaskan ini itu ini itu dan saya berkali-kali bilang begitu. Amazing banget beliau ini, pikir saya. Rasa saya sudah tinggiiiii banget sampe dia bilang kalau saya harus melepas jilbab saya. Glek. Pause.
Saya lupa bagaimana kalimat dia ketika meminta hal itu, sebab saya tu yang bengong gitu sampe harus mencerna maksud dari kalimat itu dua kali. Saya sampe nanya lagi, "You meant, I have to take off this?" tanya saya sambil memegang jilbab saya. "Yes, you have to take off your veil."
Sepanjang perjalanan pulang, maksud saya, dari tempat interview saya ke tempat kerja, saya berpikir ga ada habisnya. Apa ada hubungannya antara jilbab dan kemampuan seseorang bekerja? Memang bukan sekali ini saja saya mendengar tentang seseorang yang diminta "menelanjangi dirinya" ketika melamar sebuah pekerjaan, tapi rasanya beda yah kalo kamu ga ngalamin sendiri. Terlebih lagi setelah mendengar pidato panjang lebar tentang kebebasan beragama dan suku. Awal saya bekerja ditempat yang sekarang, saya belum memakai jilbab. Setelah percobaan 3 bulan, saya dipanggil sama bu manager yang menyatakan saya lulus dan dinyatakan sebagai pegawai tetap. Saya sudah dipesan untuk enggak memakai jilbab. Alasan dia karena jilbab, kerudung dan teman-temannya itu bukan seragam (alasan yang sama yang dipakai bos lembaga pendidikan tadi). Setahun, dua tahun. tiga tahun, saya nekat mau make. Saya dateng lagi ke bu manajer dan bertanya apakah saya boleh memakai jilbab (sekedar info, saya adalah satu-satunya cewek yang muslim di kantor itu). Bu manajer bilang, "Boleh aja, tapi coba kamu pikir-pikir lagi deh. Gudang itu kan panas, bla bla bla..." Saya tegesin lagi, "Tapi boleh kan bu?" "Coba kamu pikir-pikir lagi bla bla bla..." "Jadi boleh ya bu." "Pikir lagi bla bla bla.." Senin pagi saya datang dengan jilbab biru, ah senangnya. Bu manajer ga komen apa-apa. Saya pikir kalo ga boleh, ya pecat, dipecat aja.
Itu dia segelintir kenangan yang apa ya. Ya gitu deh. Saya masih bertanya-tanya sampai sekarang. Bukannya kesel atau apa sih. Memang mungkin belum jodoh kerja di situ. Bukan rejeki saya. Tapi ya itu tadi. Apa jilbab itu sesuatu yang memalukan? Bukan seragam? Ada alasan yang lebih dari pada seragam kan? Apa memang ada hubungannya jilbab dengan kapabilitas seseorang? Atau memang konspirasi aja? Ada yang tau?
Seharusnya saya tanya langsung sama bosnya yah. Tapi berhubung saya dah males ngeladeninnya saya langsung pamit pulang aja. PHP kata adik saya. Pemberi Harapan Palsu. Gubrak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment